18 Februari 2009
Adabanyak drama di sabtu kemarin. Tapi yang pasti sabtu kemarin itu, banyak orang yang harus berpisah. Ada yang meratap, ada yang murung, ada yang bingung. Suatu kodrat alam yang tidak dinantikan bahkan mungkin dihindari. Perpisahan dan kesedihan.
Kadang kita sulit menerima bahwa roda nasib kita berputar ke arah yang lain. Atau kadang berputar melambat. Mungkin juga berhenti. Segera kemudian, gambaran masa depan jadi kabur. Misteri yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Tak sadar ada sesuatu yang berbisik jahat di pikiran. "Rasakan kepedihan.Terjerembab. Tak tau arah. Karena itulah aku. Sang kehidupan. Yang akan mengajari kamu tentang sesuatu yang tidak pasti. dan hari ini biarkan aku tertawa dalam tiap bulir air matamu. Pahit, bukan?"
Ketika roda nasib menjadi berputar liar dalam kecepatan tak diinginkan, hanya ada satu pegangan. KepadaNyalah segalanya bermuara. Karena pada Nyalah sebaik-baiknya muara. Kita hanya perlu yakin. Jikalau nasib itu adalah sungai yang mengalir maka tugas kita lah untuk menaklukkan bebatuan kerikil ataupun cerung. Karena kita harus yakin kita pasti akan sampai pada muara yang tenang.
0 komentar:
Posting Komentar